Minggu, 05 Agustus 2012

PROFESIONALISASI BIMBINGAN KONSELING

Profesionalisasi adalah suatu proses yang berlangsung secara terus-menerus karena dapat menjadi alat untuk mengembangkan dan meningkatkan diri bagi tenaga yang menjalankan suatu profesi. Hal ini berarti pekerjaan yang dilaksanakan berdasarkan kriteria profesi yang terus-menerus berkembang sehingga tingkat keahlian, tingkat tanggungjawab serta perlindungan terhadap profesi menjadi lebih sempurna. Profesionalisasi yang dimaksud adalah profesionalisasi guru bimbingan dan konseling. Melalui proses profesionalisasi akan dihasilkan produktivitas kerja guru bimbingan dan konseling yang tinggi serta kualitas profesi bimbingan dan konseling yang semakin lama semakin baik.
Guru bimbingan dan konseling adalah tenaga profesional yang memiliki tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah siswa. Guru bimbingan dan konseling merupakan ujung tombak pelaksanaan bimbingan dan konseling karena tugas guru bimbingan dan konseling terkait dengan pengembangan perilaku siswa terutama untuk mempersiapkan masa depan siswa. Tugas dan tanggungjawab guru bimbingan dan konseling sangat berat karena sekalipun sudah dibekali dengan wawasan dan keterampilan namun belum menjamin tercapainya tujuan konseling. Melalui pendidikan dan pelatihan, guru bimbingan dan konseling dapat mengembangkan diri menjadi tenaga profesional. Upaya peningkatan kualitas diri pada akhirnya akan mendapat tempat di hati masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk memotret hasil telaah pustaka tentang upaya profesionalisasi guru bimbingan dan konseling dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya menjadi tenaga yang profesional. Metoda yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah studi kepustakaan yang disajikan secara deskriptif dengan cara membaca, mengkaji dan membandingkan isi buku, surat kabar, internet, literatur, skripsi, tesis dan makalah.
Hasil studi kepustakaan ini menggambarkan bahwa profesionalisasi guru bimbingan dan konseling saat ini merupakan masalah yang penting untuk ditangani. Profesionalisasi sangat terkait dengan kompetensi dan kualitas diri guru bimbingan dan konseling sehingga perlu upaya peningkatan menjadi tenaga profesional. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan mengikuti seminar, pelatihan, workshop, lokakarya serta penelitian yang terkait dengan profesi dan bidang lainnya. Peningkatan kualitas diri guru BK diharapkan mampu menjadi teladan bagi siswa dan masyarakat sekitarnya.

 A.  Standarisasi Profesi Konselor
1.  Konsep-konsep Dasar Profesi
a.  Pengertian Profesi
1)  Profesi merupakan suatu pekerjaan atau atau  jabatan yang menuntut
keahlian dari para petugasnya (Prayitno, 2004:  38).
2)  Profesi  merupakan  pekerjaan  atau  karir  yang  bersifat  pelayanan
bantuan  keahlian  dengan  tingkat  ketepatan  yang  tinggi  untuk
kebahagiaan  pengguna  berdasarkan  norma-norma  yang  berlaku
(Dirjen Dikti Depdiknas, 2004: 5).
3)  Kekuatan dan eksistensi profesi muncul sebagai akibat interaksi timbal
balik  antara  kinerja  tenaga  professional  dengan  kepercayaan  public.
b.  Ciri-ciri Profesi 
1)  pekerjaan  yang menuntut  keahlian  bagi  para  pelaku,
baik keahlian teoritis maupun keahlian dalam praktik.
2)  Keahlian  tersebut  dipersiapkan  secara  khusus  melalui  pendidikan
yang khusus sesuai dengan profesi tersebut.
3)  Profesi merupakan pekerjaan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
4)  Tenaga professional dalam melakukan tugasnya terikat oleh kode etik
profesi.
5)  Para tenaga professional tergabung dalam suatu organisasi profesi.
c.  Pengertian Profesional
Istilah  professional  memiliki  dua  pengertian.  Pertama,  profesional
menunjuk  pada  orang  yang  pekerjaannya  merupakan  suatu  profesi.
Kedua, professional artinya kinerja seseorang sesuai dengan  profesinya.
 d.  Pengertian Profesionalisasi
Profesionalisasi  adalah  proses  penyiapan  dan  peningkatan  kemampuan
tenaga-tenaga professional.
 e.  Pengertian Profesionalisme 
Profesionalisme adalah komitmen para professional  terhadap profesinya.
Komitmen  tersebut  ditunjukkan  dengan  kebanggaan  dirinya  sebagai
tenaga  professional,  usaha  terus-menerus    untuk  mengembangkan
kemampuan profesional, dst.
2.  Konselor Merupakan Suatu Profesi
Konselor merupakan suatu profesi  karena bidang pekerjaan  yang dilakukan
oleh  para  konselor  hanya  dapat  dilakukan  oleh  mereka  yang  telah
dipersiapkan  secara  khusus,  melalui  profesionalisasi,  untuk  melakukan
pekerjaan tersebut.
3.  Dasar Pemikiran Standarisasi Profesi Konselor
a.   Keberadaan  konselor  dalam  sistem  pendidikan  nasional  dinyatakan
sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru,
dosen, pamong belajar, dst (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6).
b.    Konselor memiliki keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja yang
tidak sama persis dengan guru.
c.   Pelayanan  ahli  bimbingan  dan  konseling  yang  diampu  oleh  konselor
berada  adalam  konteks  tugas  “kawasan  pelayanan  yang  bertujuan memandirikan individu dalam menavigasi perjalanan hidupnya melalui pengambilan  keputusan.
d.   Ekspektasi kinerja konselor yang mengampu pelayanan bimbingan dan
konseling  selalu  digerakkan  oleh  motif  altruistik  dalam  arti  selalu
menggunakan  penyikapan  yang  empatik,  menghormati  keragaman,
serta  mengedepankan  kemaslahata  pengguna  pelayanannya, dilakukan
dengan  selalu  mencermati  kemungkinan  dampak  jangka panjang  dari
tindak  pelayanannya.
 B.  Sosok Utuh Kompetensi Konselor
1.   Kompetensi Akademik Konselor 
a. Mengenal  secara  mendalam  dengan  penyikapan  yang  empatik serta
menghormati  keragaman  yang  mengedepankan permasalahan konseli yang dilayani.
b. Menguasai khasanah  teoritik  tentang konteks, pendekatan, asas, dan
prosedur  serta  sarana  yang  digunakan  dalam penyelenggaraan pelayanan
ahli bimbingan dan konseling.
c. Menyelanggarakan  pelayanan  bimbingan  dan  konseling  yang
memandirikan.
d. Mengembangkan  profesionalitas  sebagai  konselor  secara berkelanjutan.
2. Kompetensi Profesional Konselor
Kompetensi  profesional  konselor  mencerminkan  penguasaan  kiat penyelenggaraan  pelayanan  bimbingan  dan  konseling  yang memandirikan,  yang  ditumbuhkan  serta  diasah  melalui  latihan  secara sistematis  dan sungguh-sungguh  dalam  menerapkan  perangkat kompetensi  yang  diperoleh  melalui pendidian  akademik  yang  telah diperoleh itu.
 C.  Kredensialisasi Profesi Konselor
a. Sertifikasi memberikan pengakuan bahwa seseorang telah memiliki
kompetensi untuk melaksanakan pelayanan konseling pada jenjang  dan
jenis setting  tertentu,  setelah  lulus  uji  kompetensi  yang diselenggarakan
olehlembaga pendidikan tenaga profesi konseling yang terakreditasi atau
lembagasertifikasi. Bekerja pada setting pendidikan.
 b. Akreditasi  memberikan  derajat  penilaian  terhadap  kondisi  yang telah
dimiliki  oleh  satuan  pengembang  dan/atau  pelaksana konseling,  seperti
Program  Studi  Bimbingan  dan  Konseling  di LPTK,  yang  menyatakan
kelayakan  program  satuan  pendidikan atau lembaga yang dimaksud. Praktiknya terhadap pelayanan kepada masyarakat.
 c. Lisensi  memberikan  ijin  kepada  tenaga  profesi  bimbingan  dan
konseling  untuk  melaksanakan  praktik  pelayanan  bimbingan  da
konseling pada  jenjang  dan  setting  tertentu,  khususnya  untuk  praktik
mandiri (privat).
D.  Organisasi Profesi dan Kode Etik Profesi Konselor
1.  Organisasi Profesi Konselor
 Asosiasi  Bimbingan  dan Konseling Indonesia (ABKIN), yang sebelumnya bernama Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI). Fungsi ABKIN  :(1) Memantapkan  landasan  keilmuan  dan  teknologi  dalam  wilayah pelayanan konseling. (2) Menetapkan standard profesi konseling. (3) Mengadakan  kolaborasi  dengan  lembaga  pendidikan  konselor dalam menyiapkan tenaga profesi konseling. (4) Menyiapkan  /  melaksanakan  upaya  kredensialisasi  bagi  tenaga profesi konseling dan lembaga pengembangnya. (5) Mensupervisi pelayanan konseling yang dilakukan oleh perorangan maupun lembaga. (6) Melakukan  advokasi,  baik  terhadap  anggota  profesi  maupun penerima layanan profesi konseling.
 2.  Kode Etik Profesi
a.  Pengertian Kode Etik Profesi
Kode  etik  profesi  merupakan  norma-norma  yang  harus  ditaati  oleh
setiap  tenaga  professional  dalam menjalankan  pekerjaan  sesuai  dengan
profesinya  dan  dalam  kehidupannya  di  masyarakat.  Norma-norma  ini
berisi  tentang apa yang  tidak boleh dan yang harus dilakukan, serta apa
yang diharapkan dari  tenaga professional. Pelanggaran  terhadap norma-
norma  (kode etik profesi)  mengakibatkan  tenaga  professional
mendapatkan sanksi.
 b.  Tujuan diterapkannya Kode Etik Profesi
1) Menjunjung tinggi martabat profesi.
2) Melindungi pihak yang menjadi layanan profesi dari perbuatan mal-
praktik.
3) Meningkatkan kualitas profesi.
4) Menjaga status profesi.
5) Menegakkan  ikatan  antara  tenaga  professional  dengan  profesi
yang disandangnya.
 c.  Ruang Lingkup   dan Materi Kode Etik Profesi Konseling
Kode  etik  profesi  konseling  meliputi  hal-hal  yang  bersangkut  paut
dengan  kompetensi  yang  dimiliki,  kewenangan,  dan  kewajiban  tenaga profesi konseling, serta cara-cara pelaksanaannya dalam kegiatan profesi.

Bimbingan dan Konseling Karir

Definisi

Definisi dari The National Guidance Association, diadopsi dari Super (1951), adalah “proses membantu seseorang mengembangkan menerima gambaran diri yang terintegrasi dan adekuat dan peranannya dalam dunia kerja, mengetes konsepnya dalam realitas, dengan kepuasan bagi dirinya dan keuntungan bagi masyarakat” (Sears, 1982).
Definisi ini menjelaskan bahwa pandangan tentang bimbingan karir akhir-akhir ini berorientasi konsep diri dan terutama terfokus pada pengenalan diri dan penerimaan diri, dan ini dapat dikaitkan dengan alternatif-alternatif okupasional dan pendidikan yang tersedia bagi individu yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan perspektif perkembangan yang menerima pandangan tahap perkembangan kehidupan (life span developmental view) bimbingan karir.

Pentingnya bimbingan dan konseling karir

Awalnya bimbingan dan konseling karir difokuskan pada remaja dan dilaksanakan di sekolah. Ini dilakukan dengan asumsi bahwa banyak masalah-masalah tentang okupasional yang dialami orang setelah mereka lulus dari sekolah lanjutan, dan sebagian besar orang-orang tersebut bukanlah pelanggan konseling karir. Sampai ada seorang ahli Sidney P. Marland yang mengatakan bahwa reformasi lengkap terhadap sekolah lanjutan yang dipandang sebagai unsur utama dalam mempersiapkan kehidupan secara menyeluruh, tidak dapat dicapai sebelum pendidikan umum menyetujui dimasukkannya perkembangan karir dewasa ini dalam suatu lingkungan pendidikan menengah yang komprehensif.
Namun akhir-akhir ini lebih meluas pada spektrum total dari populasi, termasuk murid-murid sekolah dasar, pensiunan, wanita, kelompok minoritas, dan orang cacat. Pekerjaan yang sesuai dapat sangat positif bagi keseluruhan pengalaman individu. Maka pilihan dan perencanaan yang lebih baik akan membantu orang-orang menemukan jenis pekerjaan yang memungkinkannya memainkan peranan-peranan yang lebih disukai dalam hidupnya.
Sulitnya dilakukan prediksi bukan hanya karena kecenderungan-kecenderungan pekerjaan yang bervariasi, tapi juga karena banyaknya okupasi baru yang timbul dan banyak pula okupasi yang hilang. Meningkatnya kompleksitas dunia kerja dan berlipat gandanya pilihan-pilihan membuat Toffler (1970 : 264) menggambarkan bahwa masalah yang terjadi adalah terlalu banyaknya pilihan.

Model-Model Konseling

Konseling Behavioristik


A.    Pengantar

Behavioristik merupakan aliran psikologi yang didirikan oleh John.B.Watson pada tahun 1913. Behavioristik juga merupakan aliran yang revolusioner,kuat dan berpengaruh.
Model konseling behaviorostik dikembangkan berdasarkan penelitian eksperimen mengenai teori belajar. Sejumlah teori belajar yang termasuk ke dalam teori behavioristik adalah teori Koneksionisme dari Thorndike,Teori Klasik,Kondisioning dari Ivan Pavlov dan Operan Kondisioning dari Skinner.
Teori Koneksionisme,teori ini belajar pada hewan dan manusia pada dasarnyaberlangsung menurut prinsip-prinsip yang sama.Dasar terjadinya belajar adalah pembentukan asosiasi dengan kecenderungan untuk bertindak.
Thorndike mengemukakan tiga kelompok hukum prinsip yang memberi keterangan berkenaan dengan proses belajar. Prinsip tersebut adalah: Law of readiness yang menerangkan kesiapan individu untuk melakukan sesuatu, Law of exercise,yaitu yang menunjukan lebih kuatnya koneksi antara kondisi perangsang dan tindakan, dan Law of effect, menunjukan kepada makin lemah atau makin kuatnya koneksi sebagai akibat dari hasil perbuatan yang dilakukan.

B.     Klasikal Kondisioning (pavlov dan watson)

Beberapa pengertian dasar yang dipergunakan dalam percobaan Pavlov adalah perangsang tak bersyarat/perangsang alami atau unconditional stimulus (US), misalnya makan bagi anjing dapat menimbulkan kluarnya air liur;perangsang bersyarat stimulus yaitu perangsang secara alami tidak dapat menimbulkan respon tertentu, misalnya suara lonceng yang dapat menimbulkan keluarnya air liur, respon tidak bersyarat. Respon berssyarat yaitu respon yang ditimbulkan oleh perangsang bersyarat. Teori ini adalah perilaku tertentu yang dapat dibentuk secara berulang-ulang perilaku itu dipancing dengan sesuatu yang dapat menimbulkan perilaku itu.




C.     Kondisioning Operan
Skinner membedakan ada 2 respon:
v     Reflextive respon: yaitu respon yang ditimbulkan oleh perangsang-perangsang yang menimbulkan respon yang relatif tetap, misalnya mkanan yang menimbulkan keluarnya air liur
v     Operant response (instrumental respon), yaitu respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu,karena perangsang tersebut memperkuat respon yang dilakukan organisme.

D.    Teori Skinner
Teori skinner adalah respon atau jenis tingkah laku yang kedua( operan respon) mengembangkannya dan memodifikasi tingkah laku tersebut. Menurut skinner individu adalah makhluk yang mendapatkan perbendaharaan tingkah laku melalui belajar. Individu bukan agen penyebab tingkah laku,melainkan tempat kedudukan dimana faktor lingkungan dan pembawaan yang unik secara bersama-sama menghasilkan akibat tingkah laku yang unik pula pada individu. Hal yang sangat dari dtudi Skiner adalah tentang kepribadian.

E.     Konsep-Konsep Pokok Teori Skinner
                   1. Ada tiga asumsi dasar menurut Skinner mngenai tingkah laku:
·        Bahwa tingkah laku ditentukan oleh aturan-aturan hukum yang artinya upaya urutan terjadunya tingkah laku dalam kaitannya dengan suatu kejadian.
·        Tingkah laku dapat diramalkan, artinya ada upaya yang tidak hanya menguraikan tingkah laku,namun juga untuk memprediksi masa yang akan datang.
·        Tingkah laku dapat dikontrol/dikendalikan dalam arti individu dapat mengantisipasi atau mengetahui terlebih dahulu aktifitas atau perilakunya.
2. Tipe- tipe tingkah laku
·        Tingkah laku operan, yakni apabila orgnisme berbuat dalam ketiadaan rangsangan/stimulus.
·        Tingkah laku responden yakni, organisme melakukan respon yang spesifik yang dtimbulkan oleh stimulus yang dikenal dan stimulus itu mendahuli respon.

3. Variasi dalam intensitas perilaku
          Menurut Skinner terdapat variasi dalam intensitas perilaku sangan dipengaruhi oleh sumber-sumber dari lingkungan. Contoh: orang yang sangat lapar namun makanan yang disajikan biasa-biasa saja maka akan muncul perilaku yang biasa-biasa juga.

4. Penguatan dan Pembentukan Tingkah Laku
          Penguatan adalah unsur penting dalam pemanipulasian perilaku. Penguatan dapat membuat organisme membentuk perilaku yang diinginkan melalui proses. Terdapat jenis penguatan yaitu penguatan primer dan penguatan skunder.

F.     Tujuan Konseling
Tujuan konseling behavioristik adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses belajar.

G.     Proses Konseling
1. Fungsi dan Peranan Konselor
       Konselor berfungsi sebagai guru,pengarah,dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku salah suai dan menentukan prosedur penyembuhan yang mngarah kepada pembentukan tingkah laku baru yang betul salah suai.
2. Hubungan antara Konselor dan Klien
       Konselor dan klien harus bekerja sama agar proses konseling berjalan lancar. Konselor harus bisa mengmbangkan susasana kepercayaan bahwa dia bsa memahami dan mnerima klien smentara klien harus memliki keterbukaan.
3. Pengalaman Klien dalam konseling
       Klien harus berpartisipasi dalam proses konseling. Klien yang baik adalah klien yang aktif,dan tidak hanya sebagai penerima teknik-teknik pasif. Klien didorong untuk bereksperimen dengan tingkah laku yang bermaksud memperluas tingkah laku salah suai.

H.    Teknik
v     Penguatan
-         penguatan primer: penguat yang diberikan sebagai pemuas kebutuhan fisiologis. Seperti: makan,minum,rokok,tidur dll
-         penguat skunder : penguat yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan sosial. Seperti: senyuman,pujian,tanda penghargaan dll.

v     Pembentukan Respon
Proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara bertahap dengan memberikan penguatan-penguatan kecil pada saat tingkah laku muncul.
         
v     Penguatan Intermiten( sebentar-sebentar)
Intermiten paa umumnya lebih tahan penghapusan dibandingkan tingkah laku yang dikondisikan melalui pemberian penguatan terus menerus.

v     Pemberian Contoh
Teknik diberikan dengan cara klien mengamati orang lain sebagai model yang akan dicontoh. Kemudian klien diberi penguatan agar mampu mencontoh model tersebut.

v     Token economy
Menciptakan suasana dan tingkah laku wajar yang dikehendaki. Token economy ini merupakan salah satu contoh penguatan ekstrinsik untuk dapat dijadikan sebagai motivasi instrisik.

v     Kontrak
Kedua pihak melaksanakan peran yang jelas. Kontrak bermanfaat bagi klien untuk mengkhususkan perubahan perilaku yang diharapkan.

I.      Gambaran Umum Konseling Behavioral
Behavioral adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia. Pada dasarnya bahwa tingkah laku itu tertib dan bahwa eksperimen yang dikendalikan dengan cermat akan menungkapkan hukum-hukum yang mengendlikan tingkah laku. Pandangan behavioris radikal tentang manusia adalah bahwa manusia merupakan organisme yang tidak berdaya dan semata-mata ditentukan oleh pengaruh lingkungan. Bagi konselor behavioris,manusia pada dasarnya netral pada saat dilahirkan dengan potensi yang sama untuk menjadi baik atau jelek.
Dustin george (1986-1987) merumuskan 4 asumsi berkaitan dengan alam kemanusiaan yaitu:
1.       manusia tidak dipandang secara instrisik dari baik atau buruknya namun sebagai organisme yang berpengalaman,yang memiliki potensi dan banyak jenis tingkah laku
2.     manusia dapat mengkonsepsional dan mengawasi tingkah lakunya sendiri.
3.     manusia dapat memperoleh tingkah laku baru
4.     manusia mampu mempengaruhi tingkah laku yang lainnya seperti dirinya mempengaruhi oleh orang lain.

Konseling behavioral berbeda dengan pendekatan konseling lain nya, bagi konseling behavioral perasaan klien merupakan hal yang skunder. Namun pada dasarnya konseling behavioral berusaha membantu klien untuk mengubah tingkah lakusalah suai menjadi tingkah laku betul suai,mempelajari proses pembuatan keputusan dan mnemukan cara-cara untuk mencegah terjadinya masalah-masalah.

Konstribusi dan keterbatasan Konseling Behavioral:
a)      Dengan memfokuskn pda tingkah laku khusus bahwa klien dapat berubah,konselor dapat memberikan pengertianyang lebih baik terhadap apa yang harus dilakukan sebagai bagian dari proses konseling
b)    Dengan menitik beratkan tingkah laku khusus,memudahkan dalam menentukan kriteria keberhasilan proses konseling
c)     Memberikan peluang pada konselor untuk dapat menggunakan berbagai teknik khusus guna menghasilkan prubahan tingkah laku.

                   Keterbatasan dari model konseling behavioral adalah:
a)     Kurangnya kesempatan bagi klien untuk terlibat kreatif dengan keseluruhan penemuan diri atau aktualisasi diri.
b)    Kemungkinan terjadi bahwa klien mengalami depersonalized dalam interaksinya dengan konselor
c)     Keseluruhan proses mungkin tidak dapat digunakan bagi klien yang memeliki permasalahan yang tidak dapat dikaitkan dengan tingkah laku yang jelas.
d)     Bagi klien yang berpotensi cukup tinggi dan sedang mencari arti dan tujuan hidup mereka,tidak dapat berharap banyak dari konseling behavioral ini.



KONSELING REALITAS


  1. Pandangan Tentang Hakekat Manusia

Glasser meyakini bahwa motivasi tingkah laku manusia didasari oleh dua kebutuhan,yaitu kebutuhan fidiologis dan psikologis.Corey juga menguraikan bahwa kebutuhan-kebutuhan esensi mengacu pada kebutuhan untuk dicintai dan mencintai,kebutuhan untuk merasa berharga,kebutuhan untuk memiliki hidup senang,dan kebutuhan untuk bebas mengontrol nasib.Dengan demikian,apabila individu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya,maka mereka akan cendrung kembali pada tingkah laku yang bersifat negatif.

B.Konsep-Konsep Pokok

Menurut Hansen dkk (1997),pada dasarnya terdapat dua konsep pokok yang menjadi inti dari pendekatan realitas yang disebut dengan 3R (right,really,dan responibility),identitas keberhasilan,dan identitas kegagalan.


1)      Right,Reality and Responsibility
Right adalah kebenaran dari tingkah laku seseorang dari standar norma yang berlaku.Reality adalah kenyataan,yaitu individu bertingkah laku sesuai dengan kenyataan yang ada.Responsibility adalah memenuhi kebutuhan dengan cara yang tidak merugikan orang lain.`Apabila di tinjau secara umum,tingkah laku yang mencerminkan “succes identity” adalah tingkah laku yang di warnai ketiga hal di atas.
2)    Identitas keberhasilan
Dalam diri seorang individu terdapat kecendrungan di dalam diriny untuk menganut suatu perasaan yang disebut dengan identitas keberhasilan maupun identitas kegagalan.Tujuan dari pendekatan konseling Realitas adalah mencapai identitas keberhasilan.Pendekatan konseling Realitas beranggapan bahwa kita pada akhirnya menentukan diri,membuat keputusan yang tepat yang perlu diambil.

3)    Karakteristik Pendekatan Konseling Realitas
Karakteristik ini meliputi:
*Model konseling
*Penekanan konseling
*Pertimbangan nilai dalam konseling
*Penggunaan transference dalam konseling
*Masalah ketidaksadaran


v     Menolak model medis
Pendekatan konseling Realitas menolak konsep psikiatrik konvensional dari sakit mental dan praktek diagnosis psikologis.Glasser berfikiran bahwa kesehatan mental adalah sejajar dengan tanggung jawab seseorang dalam memenuhi kebutuhan atau dorongan,dan sakit mental terjadi apabila orang tidak dapat mengontrol dunia dalam memuaskan kebutuhannya.

v     Penekanan Pada Saat Sekarang
Teori psikodinamik menekankan pengaruh masa lalu,khususnya pada pengalaman klien saat masa kanak-kanak.Pendekatan Realitas menekankan pada isi tingkah laku,dan perhatiannya pada masa lalu hanya sepanjang bagaimana masa lalu tersebut mempengaruhi tingkah laku kita sekarang.

v     Mementingkan aspek nilai
Tugas konselor disini adalah mengkonfrontasikan klien dengan akibat dari tingkah laku mereka untuk mempertimbangkan kualitas dari perbuatan mereka.Karena jika klien melihat secara jujur tentang tingkah laku mereka dan mempertimbangkan tentang itu,mereka akan melihat apa yang telah mereka kerjakan itu berkonstribusi terhadap kegagalan.


v     Tidak Menekankan Transferensi
Berlawanan dengan teori-teori psikodinamik yang berpandangan bahwa hubungan transferensi adalah inti dari proses terapeutik,konseling realitas melihat transference sebagai hal yang tidak penting.Transference dapat mendorong cara konselor untuk menyembunyikan pribadi dan yang dapat mencegah keterbukaan antara klien dan konselor.

v     Pendekatan Pada Faktor Kesadaran
Peranan ketidaksadaran dilihat sebagai hal merugikan proses terapeutik.


Ciri-Ciri Konselor yang Menggunakan Konseling Realitas :
1)       Konselor,pertama-tama adalah individu yang dapat memenuhi kebutuhannya dan bertanggungjawab.
2)       Konselor harus kuat
3)       Konselor harus hangat,aktif,dan memiliki kemampuan untuk memahami tingkah laku manusia
4)       Konselor harus mampu membagi pengalaman dan perjuangannya pada klien agar klien menyadari bahwa pada dasarnya semua individu dapat bertanggungjawab walaupun kadang-kadang sulit.


Suasana Konseling

Suasana konseling adalah situasi belajar.Berikut ini adalah delapan prinsip yang perlu diperhatikan selama pelaksanaan konseling :

1)      Mementingkan Hubungan Personal
Konselor harus mampu membuka diri agar klien yakin bahwa ia mempunyai kemampuan untuk membantu dirinya sendiri.
2)    Berfokus Pada Tingkah Laku,Tidak Pada Perasaan
Berfokus pada apa yang dapat dilakukan oleh klien untuk membuat perasaanya lebih baik.
3)    Berfokus Pada Masa Sekarang
Penekanan dalam konseling ialah pada isi dan fungsi sekarang,bukan masa lalu.

4)    Mempertimbangkan Nilai
Klien dibawa untuk menilai tingkah lakunya,bertanggungjawab atau tidak.
5)    Membuat Perencanaan
Klien menentukan tingkahnya yang tidak bertanggungjawab dan ia harus siap membuat perencanaan untuk mengubahnya.
6)    Terikat Pada Komitmen
Menekankan pada klien untuk memiliki komitmen dalam perencanaan yang telah dibuat.
7)    Tidak Memaafkan ataupun Menerima Alasan
Konselor tidak memaafkan apabila klien gagal dalam perencanaannya
8)    Penghapusan Hukuman
Penghapusan hukuman penting karena tidak menerima kegagalan yang dialami oleh klien,karena dengan prinsip ini klien akan menjadi individu yang bertanggungjawab dan dapat memenuhi kebutuhannya.


v     Pendekatan Konseling Realitas dengan Kelompok Keluarga

Konseling Realitas sangat cocok untuk konseling keluarga.Ford (1982) membahas beberapa strategi dan prinsip dalam bekerja dengan kelompok keluarga.Konseling Realitas bekerja pada semua keluarga yang mempunyai masalah apakah esensi mereka bekerja agar dapat bertahan dengan konflik-konflik yang timbul.


v     Analisis dan Penilaian

1)      Penilaian Beberapa Konsep
Sangat sulit bagi anggota kelompok menentukan kriteria nilai,karena penilaian lebih banyak dilatarbelakangi anggota yang mungkin masing-masing dari mereka sangat berbeda.Begitu juga dengan munculnya tingkah laku yang tidak produktif yang muncul saat klien di pengaruhi oleh keadaan emosinya.
2)    Setting Penggunaan
Pendekatan konseling realitas melihat banyak saran-saran untuk kelompok orang tua,remaja,bahkan guru yang mempunyai masalah tingkah laku secara berlanjut,untuk mereka yang tidak bekerja,dan untuk mereka yang ada dalam lembaga kriminal.
3)    Keuntungan dari Pendekatan Konseling Realitas
Karakteristik pada pendekatan ini secara khusus menekankan pada akuntabilitas.Konseling realitas menyediakan struktur bagi anggota dengan membuat rencana khusus dan membuat kontrak,menjalankannya dan menilai tingkat keberhasilannya dalam tingkah laku.Prosedur kerja konseling ini berorientasi-aksi yang berguna membantu membawa anggota pada apa yang mereka pelajari dalam kelompok ke kehidupan sehari-hari.
4)    Keterbatasan Model Konseling Realitas
Pendekatan Konseling Realitas dianggap terlalu sederhana dan dangkal.Delapan tahap dari pendekatan konseling ini terlalu sederhana dan sangat jelas lebih menekankan kepada praktek dibandingkan pada materi yang sederhana.Selain itu juga kecendrungan untuk membantu dengan mengabaikan masa lalu klien secara ekstrim merupakan suatu bentu penghindaran dari tanggung jawab sekarang.

TIK DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

Pengertian Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Teknologi informasi dilihat dari kata penyusunanya adalah teknologi dan informasi. Teknologi informasi adalah hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari bagian pengirim ke penerima sehingga pengiriman informasi tersebut akan lebih cepat, lebih luas sebarannya dan lebih lama penyimpanannya. Di dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah Telematika. Kata telematika berasal dari istilah dalam bahasa Perancis “telematique” yang merujuk pada bertemunya sistem jaringan komunikasi dengan teknologi informasi. Istilah telematika merujuk pada hakekat cyberspace sebagai suatu sistem elektronik yang lahir dari perkembangan dan konvergensi telekomunikasi, media, dan informatika. Para praktisi menyatakan bahwa “telematics” adalah singkatan dari telecommunication and informatics sebagai wujud dari perpadan konsep Computing and Communication. Istilah Telematics juga dikenal sebagai the new hybrid technology yang lahir karena perkembangan teknologi digital.
Selain pengertian diatas Williams & Sawyer dalam Koesnandar (2008:5) menyatakan bahwa ‘teknologi informatika adalah teknologi yang menggabungkan komputasi (komputer dengan jalur komunikasi berkecepatan tinggi yang membawa data, suara atau video)’. Dengan kata lain TIK tidak hanya terbatas dalam bentuk data saja melainkan suara, gambar atau video. Sedangkan Karsenti dalam Siahaan (2010:7) menyatakan TIK ‘sebagai alat atau sarana yang digunakan untuk melakukan perbaikan/penyempurnaan kegiatan pembelajaran sehingga para siswa menjadi lebih otonom dan kritis dalam menghadapi masalah, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan hasil kegiatan belajar siswa’. Ini berarti teknologi dapat dan benar-benar membantu siswa mengembangkan semua jenis keterampilan, mulai dari tingkat yang sangat mendasar sampai dengan tingkat keterampilan berpikir kritis yang lebih tinggi.
Dari beberapa pengertian yang telah diutarakan sebelumnya. Maka secara garis besar dapat dikatakan bahwa teknologi informasi dan komunikasi adalah seperangkat alat yang dapat membantu anda berkerja dangan informasi dan melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan pemrosesan informasi.

TIK dalam Bimbingan dan konseling
Dalam proses belajar mengajar ada dua unsur yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan proses belajar mengajar, yakni metode mengajar dan media pembelajaran. Metode mengajar yang dipilih akan menentukan jenis media pembelajaran yang akan digunakan. Hal ini sama dengan apa yang disampaikan Arsyad (2003:15) bahwa “Jenis media pembelajaran selain ditentukan oleh metode pengajaran juga dipengaruhi oleh tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan dari siswa”.
Dalam dunia pendidikan yang semakin berkembang saat ini kita telah dikenalkan dengan banyak tentang aplikasi-aplikasi media pembelajaran berbasis TIK, mulai dari penggunaan media internet (website), aplikasi belajar, kamus elektronik, media flash, film/video dan lain sebagainya hinga yang paling sering dijumpai yaitu power point. Berbicara tentang penggunaan TIK sebagai media layanan dalam bimbingan dan konseling tidak jauh beda dengan TIK sebagai media pembelajaran pada umumnya yaitu tentang bagaimana seorang tanaga pendidik dalam memanfaatkan media TIK sebagai fasilitas dalam pengoptimalan tujuan dan program layanan yang ada. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Wahidin (2009:5)  tentang fungsi TIK dalam pembelajaran yaitu :
agar siswa dapat dan terbiasa menggunakan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi secara tepat dan optimal untuk mendapatkan dan memproses informasi dalam kegiatan belajar, bekerja, dan aktifitas lainnya sehingga siswa mampu berkreasi, mengembangkan sikap imaginatif, mengembangkan kemampuan eksplorasi mandiri, dan mudah beradaptasi dengan perkembangan baru di lingkungannya

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menghadirkan tantangan baru bagi praktisi bimbingan dan konseling. Seperti halnya yang telah kita ketahui bahwa model pendekatan baru cybercounceling mulai sering diminati oleh para praktisi bimbingan dan konseling baik disekolah atau di luar sekolah. Berdasarkan hal diatas maka TIK bagi dunia bimbingan dan konseling adalah tersedianya saluran atau sarana yang dapat dipakai untuk menyiarkan program-progam pendidikan dan layanan yang ada. Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan oleh Susanto (2008) bahwa “Dalam bimbingan dan konseling, teknologi informasi dan komunikasi merupakan  media dalam pelaksanaan program layanan bukan tujuan layanan, maka pemanfaatannya hanya sebagai media untuk melakukan pendekatan-pendekatan, pemberian informasi, promosi, konsultasi dan masih banyak lagi”. Teknologi interaktif ini memberikan  katalis bagi perubahan mendasar terhadap peran guru dari informasi ke tranformasi. Penerapan TIK menjadi fasilitator yang utama sebagai pemerata dunia pendidikan, dan tentunya memperkaya wawasan siswa secara lebih kompleks.
Dalam dunia bimbingan dan konseling penggunaan media dalam pemberian layanan dirasa lebih efektif dan menarik bagi siswa sehingga ketercapaian layanan dirasakan lebih optimal, karena dengan berbasis TIK berbagai tampilan layanan dapat diperoleh dan dibermanfaatkan dengan lebih baik seperti media  flash, ebook, artikel internet dan tentunya masih banyak aplikasi TIK lainnya. Dengan  begitu baik guru pembimbing maupun siswa nantinya dapat memperoleh dan memanfaatkan segala media yang ada dalam mencapai tujuan layanan yang diinginkan.

Fungsi TIK dalam Bimbingan dan Konseling
Fungsi dari penggunaan teknologi informasi dan komunikasi atau TIK dalam dunia pembelajaran atau layanan bimbingan dan konseling akan melihat dari dibermaanfaatkannya untuk apakah perkembangan dari TIK itu sendiri. Seperti halnya apa yang disampaikan Koesnandar (2008:7) bahwa fungsi dari TIK dapat dibagi menjadi 3 hal yaitu :
(1)   TIK sebagai gudang ilmu pengetahuan, dapat berupa referensi berbagai ilmu pengetahuan yang tersedia dan dapat diakses melalui fasilitas TIK, pengelolaan pengetahuan, jaringan pakar, jaringan antara institusi pendidikan, dll.
(2)   TIK sebagai alat bantu pembelajaran dapat berupa alat bantu mengajar bagi guru, alat bantu belajar bagi siswa, serta alat bantu interkasi antara guru dengan siswa.
(3)   TIK sebagai fasilitas pendidikan, TIK di sekolah dapat berupa pojok internet, perpustakaan digital, kelas virtual, lab multimedia, papan elektronik, dll.

Pendapat yang lain disampaikan oleh Siahaan (2010:25)
Secara sederhana dapatlah dikemukakan bahwa pada umumnya fasilitas/peralatan TIK  dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran karena potensinya antara lain:
(1)       membuat konkrit konsep yang abstrak, misalnya untuk menjelaskan sistem peredaran darah;
(2)       membawa obyek yang berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar, seperti: binatang-binatang buas, atau penguin dari kutub selatan;
(3)       menampilkan obyek yang terlalu besar, seperti pasar, candi borobudur;
(4)       menampilkan obyek yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, seperti: mikro organisme;
(5)       mengamati gerakan yang terlalu cepat, misalnya dengan slow motion atau time-lapse photograhy;
(6)       memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan lingkungannya;
(7)       memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi pengalaman belajar siswa;
(8)       membangkitkan motivasi belajar siswa;
(9)       menyajikan informasi belajar secara konsisten, akurat, berkualitas dan dapat diulang penggunaannya atau disimpan sesuai dengan kebutuhan; atau
(10)   menyajikan pesan atau informasi belajar secara serempak untuk lingkup sasaran yang sedikit/kecil atau banyak/luas, mengatasi batasan waktu (kapan saja maupun ruang di mana saja).


Melihat kedua pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa penggunaan Teknologi informasi dan komunikasi atau TIK dalam dunia pendidikan baik itu pembelajaran kelas maupun layanan bimbingan dan konseling akan dapat membantu mempermudah dan memaksimalkan pembelajaran atau layanan yang ada. Kebermanfaat TIK tidak hanya akan dirasakan oleh murid malainkan oleh guru dan seluruh komponen di sekolah.

Model Pemanfatan TIK dalam Layanan Bimbingan dan Konseling
Pemanfaatan TIK Sebagai media pembelajaran bukan merupakan teknologi yang berdiri sendiri, tetapi merupakan kombinasi dari hardware dan software. Ada hal penting yang harus diperhatikan dalam memanfaatkan TIK sebagai media pembelajaran yaitu hardware dan software yang tersedia dan jenis metode pembelajaran yang akan digunakan. Wahidin (2009:12) menyatakan bahwa “terdapat beberapa pemanfaatan TIK dalam pembelajaran diantaranya adalah presentasi, demontrasi, virtual experiment, dan kelas virtual”. Secara lebih jelas dapat dirincikan sebagai berikut :
(1)   Presentasi
Presentasi merupakan cara yang sudah lama digunakan, dengan menggunakan OHP atau chart. Peralatan yang digunakan sekarang biasanya menggunakan sebuah komputer atau notbook dan LCD proyektor. Ada beberapa keuntungan jika kita memanfaatkan TIK diantaranya kita bisa menampilkan animasi dan film, sehingga tampilannya menjadi lebih menarik dan memudahkan siswa untuk menangkap materi yang kita sampaikan. Software yang paling banyak digunakan untuk presentasi adalah Microsoft Powerpoint. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bahan presentasi, diantaranya:
(a)    Jangan terlalu banyak tulisan yang harus ditampilkan.
(b)   Tulisan jangan terlalu kecil karena harus dilihat oleh banyak siswa.
(c)    Perbanyak memasukkan gambar dan animasi
(d)   Usahakan bentuk presentasi yang interaktif.
(2)   Demonstrasi
Demontrasi biasanya digunakan untuk menampilkan suatu kegiatan di depan kelas, misalnya eksperimen. Kita bisa membuat suatu film cara-cara melakukan suatu kegiatan, misalnya cara melakukan penghitungan dalam matematika atau tata cara praktek tertentu yang benar atau mengambil sebagian kegiatan yang penting. Sehingga dengan cara ini siswa bisa kita arahkan untuk melakukan kegiatan yang benar atau mengambil kesimpulan dari kegiatan tersebut. Cara lain adalah memanfaatkan media internet, kita bisa menampilkan animasi yang berhubungan dengan materi yang kita ajarkan (meskipun tidak semuanya tersedia).
(3)   Virtual experiment
Maksud dari virtual experiment disini adalah suatu kegiatan laboratorium yang dipindahkan di depan komputer. Anak bisa melakukan beberapa eksperimen dengan memanfaatkan software virtual
(4)   Kelas virtual (Virtual Class)
Maksud kelas virtual di sini adalah siswa belajar mandiri yang berbasiskan web. Dengan demikian guru juga memperoleh kemudahan dalam memeriksa tugas dan menilai hasil pembelajaran siswa.

Sebenarnya banyak bentuk pemanfaatan TIK lainnya yang dapat digunakan untuk membantu siswa dalam proses belajar mengajar. Tetapi semua itu tergantung kepada kita bagaimana cara memanfaatkannya.
Dari semua penjelasan tiap-tiap variabel diatas dapat kita gambarkan secara singkat contoh pelaksanaan layanan penguasaan konten dengan dukungan tampilan pustaka berbasis TIK ini sebagaimana berikut : Misalnya kita ambil variabel pertama dari motivasi belajar yaitu tekun menghadapi tugas. Untuk mencapai variabel ini salah satu indikator yang harus dipenuhi adalah minat. Oleh sebab itu layanan konten yang diberikan adalah tentang cara menumbuhkan minat dalam belajar.
Pemanfaatan media TIK disini dapat dilakukan dengan model presentasi atau demonstrasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara dalam layanan pertama kali ditampilkannya beberapa cuplikan film yang didalamnya terdapat sebuah model karakter yang menunjukkan minat dan ketekunan dalam belajar atau sebuah tampilan media flash yang berisi konten serupa. Media film ataupun flash disini merupakan bentuk pemanfaatan TIK dalam layanan karena akan sangat membantu proses layanan dan pemahaman bagi siswa, selain itu penggunaan media film juga merupakan wujud dari salah satu penggunaan kegiatan dukungan tampilan kepustakaan dalam bentuk audio visual.
Proses layanan tentunya tidak berhenti pada penampilan pustaka film begitu saja melainkan ditindaklanjuti dengan penyampaian materi yang dapat dilakukan dengan diskusi tentang apa yang telah dipresentasikan terkait dengan tema layanan. Proses ini tentunya akan lebih menarik bagi siswa serta memberikan susana belajar yang baru karena hal semacam ini secara langsung mengandung beberapa aspek yang mendukung timbulnya motivasi belajar seperti komunikasi yang terbuka, kebermaknaan dan kondisi yang menyenangkan.
Selain itu kegiatan lajutan dari layanan ini dapat dilakukan dengan cara penugasan kepada siswa untuk mencari pustaka yang ada baik itu dari buku, internet maupun yang lain tentang tema layanan yang dilakukan atau tema layanan berikutnya agar dapat dibahas dengan lebih maksimal. Kegiatan lanjutan ini selain merupakan bagian dari layanan penguasaan konten itu sendiri yang mengajarkan siswa untuk memanfaatkan unsur ekstrinsik yang ada untuk memotivasi dirinya dalam belajar juga merupakan bentuk dari kegiatan pendukung tampilan kepustakaan.
Dengan model pemberian layanan penguasaan konten dengan dukungan tampilan kepustakaan berbasis TIK semacan ini tentunya diharapkan akan dapat membantu dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa baik itu dari sisi intrinsik maupun ekstrinsik.